BUSERSUMUT.COM, MEDAN - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) sukses menjuarai kompetisi dan Program Kreativitas Mahasiswa Muhammadiyah (PKMM) se Indonesia yang digelar di Magelang.
Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Dr Agussani di Medan, Minggu (1/11) mengatakan capaian prestasi yang diraih mahasiswa yang tergabung dalam Tim Polemon terasa membanggakan, sekaligus mengharukan karena masih dalam suasana pandemi COVID-19.
"Saya merasa bangga dengan karya inovasi mahasiswa yang telah mengharumkan nama UMSU di tingkat nasional. Saya ucapkan terimakasih kepada seluruh tim yang telah bekerja keras demi tercapainya prestasi yang sangat luar biasa ini," katanya.
Baca juga: Rektor UMSU terima penghargaan Dharma Karya Kencana dari BKKBN
Ketua Student's Research and Creativity Center (SRCC) UMSU Fatimah Sari Siregar mengatakan karya mahasiswa UMSU yang diberi nama Polemon (portable leafhopper trap technology with feromon) berhasil menarik perhatian juri sehingga mendapatkan angka penilaian tertinggi dan berhak menduduki peringkat pertama.
Polemon berhasil menyingkirkan karya-karya inovasi mahasiswa dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah lainnya," katanya.
Polemon yang merupakan inovasi baru produk perangkap hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) dinilai efektif dan efisien dalam mengoptimalkan hasil panen tanaman padi.
Polemon itu adalah alat perangkap yang ditujukan untuk mengendalikan hama wereng batang coklat, didesain portable yang bertujuan untuk memudahkan petani bisa dibawa kemana saja, dilengkapi dengan cahaya lampu kuning yang berfungsi untuk menarik perhatian hama wereng.
Selain itu juga dilengkapi dengan cairan feromon (feromon adalah zat kimia yg dibuat dari ekstrak nanas) karena pada buah nanas memiliki senyawa kimia yang disukai hama wereng.
"Alat ini jika ditekan tombol power akan otomosi menyemprotkan cairan feromon tersebut selama 10 menit sekali," katanya.
Ide awal polemon ini, jelasnya, ketika menjadi finalis di Pimnas 31 Yogyakarta, 2018. Karena ada alat yg sejenis tetapi hanya menggunakan cahaya lampu.
"Disini kami mengkombinasi dengan feromon. Dan ternyata feromon itu bisa dijadikan penarik hama untuk mendekat," tambah Ketua Tim Polemon, Eqy Astanza.
Disamping itu jelas Eqy, melihat tanaman padi yang gagal panen, ternyata kebanyakan juga disebabkan hama wereng batang coklat.
Dari keluhan para petani itulah kemudian diciptakan alat pembasmi hama yang ramah lingkungan.
"Kami berharap ke depan alat ini bisa dipatenkan, dan bisa dibuat secara massal. Kendala saat ini, pembuatan dan bahan yang digunakan termasuk tidak murah dan harus benar-benar teliti," katanya. (rel)