Polisi melakukan pembongkaran kuburan atau ekshumasi terhadap jenazah Muhammad Ikhsan Haminti (11) |
MEDAN | buser-investigasi.com
Polisi melakukan pembongkaran kuburan atau ekshumasi terhadap jenazah Muhammad Ikhsan Haminti (11), siswa SD yang tewas diduga digebuki teman sekelas di Binjai. Berdasarkan hasil autopsi sementara ditemukan ada memar di pipi kanan, dahi kiri dan perut kiri M Ikhsan.
Kemudian ditemukan juga resapan darah pada tulang tengkorak belakang sebelah kiri.
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Hadi Wahyudi mengatakan diduga memar itu akibat adanya dugaan penganiayaan sebelum korban meninggal.
"Adapun dari hasil ekshumasi dan autopsi yang sementara bisa kami sampaikan diduga ditemukan beberapa kejanggalan dari jenazah anak tersebut tetapi tentu untuk lebih jelasnya masih terus dilakukan pemeriksaan dan penelitian secara intensif oleh tim forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara," kata Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Hadi Wahyudi, Kamis (16/6).
Hadi menyebut polisi belum bisa menyimpulkan hasil autopsi karena masih diteliti tim laboratorium forensik Polda Sumut.
Pihaknya akan mengabarkan hasil temuan jika dinilai sudah akurat. "Jadi itu awal hasil sementara tetapi untuk lebih jelasnya masih dilakukan penelitian oleh forensik."
Sejauh ini polisi masih mendalami kasus yang menyebabkan Muhammad Ikhsan Haminti (11) tewas.
Nantinya polisi akan secara khusus memeriksa enam orang anak yang diduga melakukan penganiayaan agar tidak mengalami trauma.
"Pemeriksaan didampingi orang tua dan pendamping lainnya dan tak boleh dilihat orang diluar dari itu karena kita harus benar-benar menjaga anak ini supaya tidak takut yang akhirnya trauma," ucapnya.
Sebelumnya, petugas Sat Reskrim Polres Binjai melaksanakan ekshumasi atau bongkar kuburan milik Muhammad Ikhsan Haminti (11), siswa SD yang tewas diduga digebuki teman sekelas.
Tindakan bongkar kuburan dilakukan di Tempat Pemakaman Umum (TPU), Jalan Umar Bak, Kelurahan Payaroba, Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, Kamis (15/6).
Korban meninggal dunia pada Selasa (24/5/2022). Sebelum meninggal, korban sempat mengaku kepada ibunya Santi Citra Dewi (37), bahwa sedang dalam keadaan sakit. (*/ok)