Perkuat Jaringan, Para Pelestari Sastra Tradisional Gelar Kompetisi Bahasa Dan Sastra 2024 |
Umbulharjo (DIY) - buser-investigasi.com
Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta melakukan upaya yang serius dan sistematis agar generasi muda saat ini tidak kehilangan akses dan apresiasi terhadap Sastra tahun 2024 ini.
”Pelestarian bahasa, sastra, dan aksara Jawa di Kota Yogyakarta tidak hanya sekedar menjaga warisan budaya, tetapi juga mempertahankan identitas lokal yang kaya dan bermakna Pelestarian ini menjadi semakin penting di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang kian kuat,” ungkap, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti yang disampaikan Sekretaris Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta Drs Dwi Hana Cahya Sumpena saat membuka gelaran Kompetisi Bahasa dan Sastra Kota Yogyakarta Tahun 2024 di Taman Budaya Embung Giwangan, Selasa (16/7/2024). Pagi
Perkuat Jaringan, Para Pelestari Sastra Tradisional Gelar Kompetisi Bahasa Dan Sastra 2024 |
Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Ismawati Retno, mengatakan final kompetisi ini diikuti 145 orang peserta terseleksi, dan setiap cabang kompetisi dipilih juara pertama hingga harapan kedua.
"Sedangkan 3 orang pemenang terbaik pada masing-masing kategori akan menjadi tim kontingen Kota Yogyakarta untuk mengikuti lomba serupa di tingkat DIY pada bulan Agustus mendatang,"ucap Ismawati.
Lanjutnya, Dalam gelaran ini kami mendatangkan juri-juri yang kompeten baik dari kalangan sastrawan, komunitas, maupun akademisi
"Besar harapan kami kompetisi ini juga menjadi wadah strategis untuk mempertemukan para pelestari sastra tradisional, sekaligus menjadi media untuk memperkuat jaringan dan kerjasama antar komunitas sastra dan aksara. Sehingga akan tercipta sinergi yang kuat dalam upaya pelestarian bahasa, sastra dan aksara Jawa di Kota Yogyakarta” ucapnya.
Perkuat Jaringan, Para Pelestari Sastra Tradisional Gelar Kompetisi Bahasa Dan Sastra 2024 |
Lebih lanjut, Sastra Jawa, yang sering mengandung cerita-cerita epik dan filosofi hidup, berfungsi sebagai media pembelajaran moral dan etika.
”Melalui kompetisi ini, diharapkan identitas lokal masyarakat Yogyakarta dapat dipertahankan dan diperkuat. Bahasa, sastra, dan aksara Jawa merupakan sebuah elemen penting dari identitas tersebut,"ungkap Ismawati.
Sementara, salah satu juri pada kompetisi alih aksara, Fajar Wijanarko menyampaikan, bahwa langkah Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta menjadi potret kerja pelestarian nyata terhadap warisan nusantara, khususnya aksara Jawa.
"Kompetisi alih aksara ini menjadi cikal bakal dari penelusuran bibit unggul para pelestari tradisi Sastra Jawa klasik yang hakikatnya sebagai piwulang budi pekerti yang terdapat dalam sastra tersebut,"ujar Fajar.
Fajar menambahkan, Meski dirasa tidak representatif dengan jaman yang terus menuntut untuk melaju kencang, kemampuan alih aksara justru menjadi medium pelanting yang reflekstif dari masa silam untuk membaca perubahan zaman berasaskan nilai dan ajaran.(*/Raja)