Polisi evakuasi mayat korban pembunuhan di Bulukumba. |
MEDAN | buser-investigasi.com
Ramainya warga meninggalkan kampung tersebut bermula dari istri korban yang melaporkan suaminya dibunuh oleh tetangganya di Desa Polewali Kecamatan Gantarang, Bulukumba, Selasa (8/10) lalu.
Istri korban baru berani melaporkan pembunuhan suaminya setelah dua bulan karena diancam oleh pelaku.
Para pelaku awalnya mendatangi korban di halaman rumahnya. Pelaku dan korban kemudian cekcok masalah utang piutang.
"Mungkin karena ketidaksesuaian dengan perjanjian akhirnya terjadinya cekcok itu," ujar Kasat Reskrim Bulukumba AKP Aris Satrio, belum lama ini.
Menurut Aris, cekcok tersebut sempat disaksikan oleh istri dan anak korban yang telah berusia 18 tahun. Korban selanjutnya dianiaya pakai balok saat pertengkaran kian alot.
"Saat korban dan pelaku cekcok, istri sama anak menyaksikan, kan tempat kejadiannya kurang lebih 200 meter dari rumah korban. Sampai adanya pemukulan sampai meninggal dunia," katanya.
Setelah menghabisi nyawa korban, para pelaku selanjutnya menggali lubang untuk menyembunyikan mayat korban. Dia mengatakan lubang tersebut hanya berjarak sekitar 300 meter dari rumah korban.
"Ada 3 orang yang bunuh (eksekutor), 3 orang lagi dia membantu memasukkan jenazah ke dalam lubang itu," sambungnya.
Menurut Aris, pembunuhan itu terungkap setelah 2 bulan kemudian. Hal ini karena pelaku mengancam istri dan anak korban untuk tidak buka mulut. "Mereka diancam pelaku, jangan lapor, selama 2 bulan itu mereka takut (buka suara)," ujarnya.
Namun karena tak tahan, pihak istri korban akhirnya melapor ke polisi. Tim penyidik yang menerima laporan kejadian akhirnya turun tangan ke lokasi.
"Istri melapor melalui keluarganya. Ini ada pengekangan (pengancaman) ini Pak, akhirnya polisi ke sana, ada apa, ternyata ada pembunuhan itu," tuturnya.
Warga Sekampung Minggat
Akibat kejadian itu, warga setempat memilih untuk pergi meninggalkan kampung Borongmanempa di Dusun Ponci, Desa Polewali, Kecamatan Gantarang. Warga meninggalkan tempat tinggal mereka karena trauma.
"Iya, sudah kosong di sana itu. Masyarakat di sana tidak bisa menerima. Karena itu, sadis sekali caranya membunuh. Iya, (warga) trauma," ujar Kepala Desa Polewali, Ambo Cenning kepada detikSulsel, Senin (23/12).(dts)